Gigih K Wicaksono
13212146
3ea21
BAB
1 PERILAKU KONSUMEN
1.1 DEFINISI PERILAKU KONSUMEN
Perilaku konsumen adalah
proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi dalam mencari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi
untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam
beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian.
Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang
terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan
pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi
(penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan akhirnya membuang produk
setelah digunakan.Atau kegiatan-kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di
dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Konsumen dapat merupakan
seorang individu ataupun organisasi, mereka memiliki peran yang berbeda dalam
perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan sebagai initiator, influencer,
buyer, payer atau user. Dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga
dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan
konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan
menurut geografi, demografi, psikografi, dan perilaku.
Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merk tertentu. Kesemuanya ini sangat membantu manajer pemasaran di dalam menyusun kebijaksanaan pemasaran perusahaan. Proses pengambilan keputusan pembelian suatu barang atau jasa akan melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran masing-masing.
Peran yang dilakukan tersebut adalah : (1) Initiator, adalah individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu; (2) Influencer, adalah individu yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Informasi mengenai kriteria yang diberikan akan dipertimbangkan baik secara sengaja atau tidak; (3) Decider, adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya; (4) Buyer, adalah individu yang melakukan transaksi pembelian sesungguhnya; (5) User, yaitu individu yang mempergunakan produk atau jasa yang dibeli.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian terhadap suatu produk. Manajemen perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar program pemasarannya dapat lebih berhasil. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor ekonomi, psikologis, sosiologis dan antropologis.
Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa membeli pada penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan dalam menentukan desain produk, harga, saluran distribusi, dan program promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain dari program pemasaran perusahaan.
Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
(1) Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain.
(2) Teori Psikologis. Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang
dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat
kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak dapat
diamati secara langsung.
(3) Teori Antropologis.
Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok masyarakat
yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelas-kelas sosial dan
sebagainya.
Pengertian Pemasaran menurut Stanton adalah suatu
sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan
jasa untuk memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli
potensial (Stanton, 1997).
Pengertian pemasaran
menurut Kotler (2000: 8), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk dengan pihak lain. Dalam hal
ini pemasaran merupakan proses pertemuan antara individu dan kelompok dimana
masing-masing pihak ingin mendapatkan apa yang mereka butuhkan/inginkan melalui
tahap menciptakan, menawarkan, dan pertukaran.
Definisi pemasaran tersebut berdasarkan pada prinsip inti yang meliputi: kebutuhan (needs), produk (goods, services and idea), permintaan (demands), nilai, biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan, dan jaringan, pasar, pemasar, serta prospek.
Definisi pemasaran tersebut berdasarkan pada prinsip inti yang meliputi: kebutuhan (needs), produk (goods, services and idea), permintaan (demands), nilai, biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan, dan jaringan, pasar, pemasar, serta prospek.
1.2 Pemikiran yang Benar Tentang Konsumen
- Konsumen adalah RAJA
- Motivasi dan perilaku konsumen dapat dimengerti melalui penelitian.
- Perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui kegiatan persuasif yang menghadapi konsumen secara serius sebagai pihak yang berkuasa dan dengan maksud tertentu.
- Bujukkan dan pengaruh konsumen memiliki hasil yang menguntungkan secara sosial asalkan pengamanan hukum, etika, dan moral berada pada tempatnya untuk mengekang upaya manipulasi.
Bila ke empat premis ini diabaikan, konsekuensinya
hampir selalu negatif. Kami memberikan contoh dari hasil pemikiran yang benar
maupun yang salah mengenai konsumen. Kami lebih jauh mendemonstrasikan bahwa
penelitian konsumen, bila ditanggapi dan ditafsirkan dengan benar, memberikan
masukan yang esensial untuk strategi pemasaran yang baik dalam organisasi yang
mencari laba maupun yang tidak mencari laba. Akhirnya, penelitian juga
berfungsi sebagai basis untuk pendidikan dan perlindungan konsumen, dan
melengkapi informasi yang penting untuk keputusan kebijakkan umum.
1.3 Penelitian Konsumen Sebagai Suatu Bidang yang
Dinamis
Kurangnya perhatian terhadap penelitian konsumen sudah
disadari sejak dahalu. Hal ini terlihat dari para pemasar yang lebih
memfokuskan pada bagaimana caranya memasarkan produknya.Para pemasar kurang
memperhatikan bagaimana sebenarnya reaksi dari konsumen yang rnengkonsti produk
tersebut. Bila konsumen merasa tertarik pada suatu produk secara teliti
konsumen hanya dapat mengkonsumsi produk tersebut tanpa dapat diberikan
tanggapan yang dirasakannya dari produk tersebut.
Sudah banyak perusahaan-perusahaan yang menunjukkan
keinginannya untuk mengetahui tidak hanya sejauh-mana kebutuhan konsumen, akan
tetapi juga bagaimana tanggapannya akan produk yang dikonsumsinya yang berarti
berhubungan dengan kepuasan konsumen. Perusahaan mulai kritis Mengenali tingkah
laku konsumen akan suatu produk. Mereka mulai banyak melakukan penelitian yang
dapat membantu mereka untuk mengetahui keinginan, kebutuhan sekaligus dengan
kepuasan konsumen tersebut. Perusahaan melakukan berbagai macam riset dengan
melihat dari berbagai macam faktor yang akan timbul.
Penelitian eksplorasi tidak direncai-iakaii untuk
menyimpulkai-i jawaban dalam meneliti pertanyaan yang diberikan oleh konsumen.
Oleh karena itu, penelitian mengenai kesimpulan konsumen terhadap suatu produk,
kesimpulan konsumen dapat merek, dan pelayanan itu penting juga digunakan untuk
mengkaji dalam mengidentifikasikan apa yang mempengaruhi konsumen.
1.4 Tiga Pendekatan Utama Dalam Meneliti Perilaku Konsumen
Pendekatan pertama adalah pendekatan
interpretif.Pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal
yang mendasarinya. Studi dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan focus
group discussion untuk memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi
konsumen dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan
menggunakannya.
Pendekatan kedua adalah pendekatan tradisional yang
didasari pada teori dan metode ilmu pisikologi kognitif, sosial, dan
behaviorial serta dari ilmu sosiologi. Pendekatan ini bertujuan mengembangkan
teori dan metode untuk menjelaskan perliku dan pembuatan keputusan konsumen.
Studi dilakukan melalui eksperimen dan survey untuk menguji coba teori dan
mencari pemahaman tentang
bagaimana seorang konsumen memproses informasi,
membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen.
Pendekatan ketiga disebut sebagai sains marketing yang
didasari pada teori dan metode dari ilmu ekonomi dan statistika Pendekatan ini
dilakukan dengan mengembangkan dan menguji coba model matematika berdasarkan
hirarki kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow untuk memprediksi
pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan pola konsumsi, yang dikenal
dengan sebutan moving rate analysis.
BAB 2 SEGMENTASI PASAR
2.1 Pengertian
Segmentasi Pasar
Segmentasi
pasar adalah kegiatan membagi suatu pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli
yang berbeda yang memiliki kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang berbeda
yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang berbeda. Atau
segmentasi pasar bisa diartikan segmentasi pasar adalah proses
pengidentifikasian dan menganalisis para pembeli di pasar produk, menganalisia
perbedaan antara pembeli di pasar.
Profitabilitas adalah kemampuan perseroan untuk
menghasilkan suatu keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka
pendek maupun jangka panjang. Profitabilitas perseroan biasanya dilihat dari
laporan laba rugi perseroan (income statement) yang menunjukkan laporan hasil
kinerja perseroan.
- Tingkatkan Efisiensi Proses Produksi
Proses produksi yang efisien akan menghasilkan
penghematan. Semakin berhemat, semakin rendah pula biaya produksi. Dengan
semakin rendahnya biaya produksi, maka margin keuntungan juga samakin tinggi.
Terapkan prinsip-prinsip “Total Quality Management” sistem produksi Anda untuk
memangkas biaya-biaya yang tidak perlu.
- Fokus Pada “Core Business” Terpenting Anda
Jika Anda melenceng pada hal-hal yang tidak penting,
maka yang sedah Anda lakukan adalah pemborosan sumberdaya yang sangat berharga,
yaitu waktu Anda.
- Berdayakan Orang-orang Yang Berdedikasi Melalui Kepemimpinan
Manusia adalah sumberdaya terpenting dalam organisasi
Anda. Semakin tinggi tingkat penghargaan Anda pada aspek manusia, semaking
tinggi pula tingkat kemampuan untuk menciptakan keberhasilan organisasi. Dengan
menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan organisasi yang efektif, Anda akan
mampu membawa organisasi Anda ke level yang lebih tinggi dan dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi pula.
- Pertajam Kecerdasan Organisasi
Semakin cerdas organisasi, semakin tinggi pula
kemampuan organisasi Anda dalam menavigasikan diri ke arah masa depan yang
lebih baik. Seberapa sering Anda memberikan pelatihan-pelatihan berkualitas
bagi para karyawan untuk mempertajam kemampuan mereka dalam mengelola
organisasi secara lebih profesional. Semakin cerdas organisasi, semakin tinggi
tingkat profitabilitas perusahaan Anda.
- Kompensasi Yang Sesuai
Manusia ingin dihargai. Jika Anda membayar lebih
rendah dibandingkan kemampuan dan usaha yang sudah mereka berikan bagi
organisasi Anda, mereka akan merasa dirugikan. Jika mereka merasa dirugikan,
maka sebaiknya Anda jangan berharap mereka akan memberikan yang terbaik bagi
organisasi Anda. Jika kita melihat negara-negara yang sistem ekonominya telah
maju, kita melihat bahwa sistem kompensasi yang diterapkan merefleksikan
kinerja.
2.2 Penggunaan Segmentasi Dalam Strategi Pemasaran
2.2 Penggunaan Segmentasi Dalam Strategi Pemasaran
Menurut Solomon dan Elnora (2003:221), segmentasi
adalah ”The process of dividing a larger market into smaller pieces based on
one or more meaningful, shared characteristic”. Dengan melaksanakan segmentasi
pasar, kegiatan pemasaran dapat dilakukan lebih terarah dan sumber daya yang
dimiliki perusahaan dapat digunakan secara lebih efektif dan efisien dalam
rangka memberikan kepuasan bagi konsumen. Selain itu perusahaan dapat melakukan
program-program pemasaran yang terpisah untuk memenuhi kebutuhan khas
masing-masing segmen.
BAB
3 MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN
3.1 Pengertian Model Pengambilan Keputusan
Kotler dan Keller (2007a:214) menjelaskan bahwa proses
pengambilan keputusan merupakan proses psikologis dasar yang memainkan peranan
penting dalam memahami bagaimana konsumen secara aktual mengambil keputusan
pembelian.
Titik awal untuk memahami perilaku konsumen adalah
model rangsangan-tanggapan. Pemasar bertugas untuk memahami apa yang terjadi
dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan luar dan keputusan
pembelian akhir. Empat proses psikologis penting–motivasi, persepsi,
pembelajaran dan memori–secara fundamental turut mempengaruhi tanggapan
konsumen terhadap berbagai rangsangan pemasaran.
Sheth dalam Ma’ruf (2005:14) menyatakan bahwa proses
keputusan konsumen bukanlah berakhir dengan pembelian, namun berlanjut hingga
pembelian tersebut menjadi pengalaman bagi konsumen dalam menggunakan produk
yang dibeli tersebut. Pengalaman itu akan menjadi bahan pertimbangan untuk
pengambilan keputusan pembelian di masa depan.
3.2 Tipe
Pengambilan Model Keputusan
Kotler (2005a:223) menunjukkan bahwa di antara tahap
evaluasi alternatif dan keputusan pembelian terdapat minat membeli awal, yang
mengukur kecenderungan pelanggan untuk melakukan suatu tindakan tertentu
terhadap produk secara keseluruhan. Para ahli telah merumuskan proses
pengambilan keputusan model lima tahap, meliputi:
1. Pengenalan masalah. Proses pembelian
dimulai saat pembeli mengenali masalah atau kebutuhan, yang dipicu oleh
rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan internal misalnya dorongan
memenuhi rasa lapar, haus dan seks yang mencapai ambang batas tertentu.
Sedangkan rangsangan eksternal misalnya seseorang melewati toko kue dan melihat
roti yang segar dan hangat sehingga terangsang rasa laparnya.
2. Pencarian informasi. Konsumen yang
terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih
banyak. Sumber informasi konsumen yaitu:
- Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga
dan kenalan.
- Sumber komersial: iklan, wiraniaga, agen,
kemasan dan penjualan.
- Sumber publik: media massa dan organisasi
penilai konsumen.
- Sumber pengalaman: penanganan,
pemeriksaan dan menggunakan produk.
3. Evaluasi
alternatif. Konsumen memiliki sikap beragam dalam memandang atribut yang
relevan dan penting menurut manfaat yang mereka cari. Kumpulan keyakinan atas
merek tertentu membentuk citra merek, yang disaring melalui dampak persepsi
selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif.
4. Keputusan pembelian. Dalam tahap
evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada di dalam
kumpulan pilihan. Faktor sikap orang lain dan situasi yang tidak dapat
diantisipasi yang dapat mengubah niat pembelian termasuk faktor-faktor
penghambat pembelian. Dalam melaksanakan niat pembelian, konsumen dapat membuat
lima sub-keputusan pembelian, yaitu: keputusan merek, keputusan pemasok,
keputusan kuantitas, keputusan waktu dan keputusan metode pembayaran.
5. Perilaku pasca pembelian. Para pemasar harus
memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian dan pemakaian
produk pasca pembelian, yang tujuan utamanya adalah agar konsumen melakukan
pembelian ulang.
Menurut Kotler (2005a:220), terdapat lima peran dalam
keputusan pembelian, yaitu:
a. Initiator (orang
yang mengusulkan gagasan untuk membeli).
b. Influencer (orang
yang pandangan atau sarannya mempengaruhi keputusan).
c. Decision
maker (orang yang mengambil keputusan).
d. Buyer (orang
yang melakukan pembelian aktual).
e. User (orang
yang mengonsumsi atau menggunakan produk atau jasa tertentu).
BAB
4 KRITERIA EVALUASI
4.1 Pengertian
Kriteria
evaluasi berisi dimensi atau atribut tertentu yang digunakan dalam menilai
alternatif-alternatif pilihan. Kriteria alternatif dapat muncul dalamberbagai
bentuk, misalnya dalam membeli mobil seorang konsumen mungkinmempertimbangkan
criteria, keselamatan, kenyamana, harga, merek, negara asal (country of origin) dan juga spek hedonik
seperti gengsi, kebahagiaan,kesenangan dan sebagainya.
Beberapa kriteria eveluasi yang umum :
1. Harga
Harga menentukan pemilihan alternatif. Konsumen
cenderung akan memilih harga yang murah untuk suatu produk yang ia tahu
spesifikasinya. Namun jika konsumen tidak bisa mengevaluasi kualitas produk
maka harga merupakan indicator kualitas. Oleh karena itu strategi harga
hendaknya disesuaikan dengan karakteristik produk.
2.
Nama Merek
Merek terbukti menjadi determinan penting dalam
pembelian. Nampaknya merek merupakan penganti dari mutu dan spesifikasi produk.
Ketika konsumen sulit menilai kriteria kualitas produk, kepercayaan pada merek
lama yang sudah memiliki reputasi baik dapat mengurangi resiko kesalahan dalam
pembelian.
3. Negara asal
Negara dimana suatu produk dihasilkan menjadi
pertimbangan penting dikalangan konsumen. Negara asal sering mencitrakan
kualitas produk. Konsumen mungkin sudah tidak meraguakan lagi kualitas produk
elektronik dari Jepan. Sementara, untuk jam tangan nampaknya jam tangan buatan
Swiss meruapak produk yang handal tak teragukan.
4. Saliensi
kriteria evaluasi.
Konsep saliensi mencerminkan ide bahwa kriteria
evluasi kerap berbeda pengaruhnya untuk konsumen yang berbedadan juga produk
yang berbeda. Pada suatu produk mungkin seorang konsumen mempertimbangkan bahwa
harga adalah hal yang penting, tetapi tidak untuk produk yang lain. Atribut
yang mencolok (salient) yang
benar-benar mempengaruhi proses evaluasi disebut sebagai atribut determinan.
4.2 Menentukan alternatif pilihan
Sejumlah besar penelitian dan strategi pemasaran telah
mengasumsikan pembuat keputusan konsumen rasional dengan yang terdefinisi
dengan baik, preferensi stabil. Konsumen juga dianggap memiliki kemampuan cukup
untuk menghitung pilihan mana yang akan memaksimalkan nilainya, dan akan
memilih atas dasar ini. Keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli itu
sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap keputusan membeli
mempunyai beberapa komponen :
1.
Keputusan tentang jenis produk
2.
Keputusan tentang bentuk produk
3.
Keputusan tentang merk
4.
Keputusan tentang penjualnya
5.
Keputusan tentang jumlah produk
6.
Keputusan tentang waktu pembelian
7.
Keputusan tentang cara pembayaran
4.3 Menaksir Alternatif Pilihan
a. Akurasi
penilaian individu
Penelitian menunjukkan individu yang
biasanya tidak memperhatikan perbedaan yang relatif kecil antara merek atau
perubahan atribut merek. Selain itu, kompleksitas banyak produk dan jasa serta
fakta bahwa beberapa aspek kinerja dapat dinilai hanya setelah digunakan luas
membuat perbandingan merek akurat sulit.
b. Penggunaan Indikator pengganti
Secara umum, indikator
pengganti beroperasi lebih kuat ketika konsumen tidak memiliki keahlian untuk
membuat penilaian informasi sendiri, ketika konsumen motivasi atau kepentingan
dalam keputusan rendah, dan ketika kualitas informasi terkait lainnya yang
kurang.
c. Pentingnya relatif dan Pengaruh Kriteria evaluative
Pentingnya kriteria
evaluatif bervariasi antara individu dan juga di dalam individu yang sama dari
waktu ke waktu. Penggunaan situasi, konteks
Kompetitif-Secara umum, efek iklan.
d. Kriteria evaluatif, Hukum Individu, dan Strategi
Pemasaran
Pemasar harus memahami
kriteria evaluatif konsumen yang menggunakan produk mereka dan mengembangkan
produk yang unggul pada fitur ini. Semua aspek dari komunikasi pemasaran harus mengkomunikasikan keunggulan produk. Pemasar
juga harus mengenali dan bereaksi terhadap kemampuan individu untuk menilai
kriteria evaluatif, serta kecenderungan mereka untuk menggunakan indikator
pengganti. Tema periklanan yang
menekankan penggunaan kesempatan khusus untuk yang merek ini khusus sesuai
dapat efektif, seperti dapat strategi seperti citra yang menarik perhatian
konsumen untuk suatu atribut di mana perusahaan merek ini sangat kuat.
4.4 Menyeleksi Aturan Pengambilan Keputusan
Tingkat tinggi satu
atribut tidak dapat mengimbangi tingkat rendah yang lain. keputusan
disjungtif aturan dan kata penghubung dapat menghasilkan seperangkat alternatif
yang bisa diterima, sedangkan sisanya aturan umumnya menghasilkan satu
"terbaik" alternatif.
® Kata penghubung Aturan
Keputusan
Aturan keputusan kata
penghubung menetapkan standar kinerja minimum yang diperlukan untuk setiap
kriteria evaluatif dan memilih yang pertama atau semua merek yang memenuhi atau
melebihi standar minimum. Karena individu memiliki keterbatasan kemampuan untuk
memproses informasi, aturan kata penghubung yang sering digunakan untuk
mengurangi ukuran tugas pengolahan informasi untuk beberapa tingkat dikelola.
® Disjungtif Aturan
Keputusan
Aturan keputusan
disjungtif menetapkan tingkat minimum kinerja untuk setiap atribut yang penting
(sering level yang cukup tinggi). Ketika aturan pengambilan keputusan disjungtif
digunakan oleh target pasar, sangat penting untuk memenuhi atau melampaui
konsumen persyaratan pada setidaknya salah satu kriteria kunci.
® Eliminasi oleh aspek Aturan Keputusan
Untuk target pasar
menggunakan eliminasi oleh aspek aturan, sangat penting untuk memenuhi atau melampaui satu atau lebih persyaratan konsumen persyaratan (dalam urutan) dari kriteria yang
digunakan dari kompetisi.
® Leksikografis Aturan
Keputusan
Aturan pengambilan
keputusan leksikografis mirip dengan eliminasi-oleh aspek aturan-. Perbedaannya
adalah bahwa aturan leksikografis mencari kinerja maksimum pada setiap tahap,
sedangkan eliminasi oleh aspek mencari kinerja yang memuaskan pada setiap
tahap.
® Kompensasi Aturan
Keputusan
Aturan keputusan kompensasi menyatakan bahwa merek yang tingkatan tertinggi pada
jumlah konsumen penilaian dari kriteria evaluatif yang relevan akan dipilih.memiliki
tingkat kinerja pada atau di dekat kompetisi pada pentingnya fitur lebih karena
mereka menerima lebih berat dalam keputusan daripada atribut lainnya.
BAB
5 PEMBELIAN
5.1 Pengertian
Secara
umum pembelian bisa didefinisikan sebagai: “managing the inputs into the
organization’s transformation (production process).” Pendapat tersebut kurang
lebih mempunyai arti bahwa pembelian merupakan pengelolaan masukan ke dalam
proses produksi organisasi.
Alasan yang sangat fundamental untuk membahas fungsi
pembelian ialah karena dalam bidang ini pemborosan mudah terjadi, baik karena
perilaku yang disfungsional maupun karena kurangnya pengetahuan dalam berbagai
aspek pembelian bahan , sarana , prasarana dan suku cadang yang diperlukan
perusahaan.
Bagaimana cara sebuah perusahaan dalam mengendalikan
strategi pengadaan barangnya akan mempunyai pengaruh langsung terhadap
bagaimana perusahaan tersebut menjalankan bisnisnya. Pembelian yang baik juga
perlu menjadi perhatian untuk organisasi-organisasi non profit dan pemerintah.
Berbagai tekanan yang berkaitan dengan kurangnya dana yang tersedia dan
besarnya biaya, mendorong organisasi-organisasi tersebut untuk beroperasi
seefisien mungkin dengan biaya seminimum mungkin.
Dengan demikian, apapun jenis dan ukuran
perusahaannya, pembelian yang dilaksanakan dengan ekonomis dan efektif amat
diperlukan dalam upaya mencapai kondisi perusahaan yang sehat karena pembelian
merupakan kegiatan yang memerlukan pengerahan sumber daya dalam jumlah besar.
5.2 Memilih alternatif Terbaik
Setelah konsumen menerima pengaruh dalam kehidupannya
maka mereka sampai pada keputusan membeli atau menolak produk. Pemasar dianggap
berhasil kalau pengaruh-pengaruh yang diberikannya menghasilkan pembelian dan
atau dikonsumsi oleh konsumen. Keputusan konsumen, tingkatan-tingkatan dalam
pengambilan keputusan, serta pengambilan keputusan dari sudut pandang yang
berbeda bukan hanya untuk menyangkut keputusan untuk membeli, melainkan untuk
disimpan dan dimiliki oleh konsumen.
Analisis Pengambilan Keputusan oleh Konsumen
Ada empat sudut pandang dalam menganalisis pengambilan
keputusan konsumen:
- Sudut Pandang Ekonomis
Konsumen sebagai orang yang membuat keputusan secara
rasional, yang mengetahui semua alternative produk yang tersedia dan harus
mampu membuat peringkat dari setiap alternative yang ditentukan dipertimbangkan
dari kegunaan dan kerugiannya serta harus dapat mengidentifikasikan satu
alternative yang terbaik, disebut economic man.
- Sudut Pandang Kognitif
Konsumen sebagai cognitive man atau sebagai problem
solver. Kosumen merupakan pengolah informasi yang selalu mencari dan
mengevaluasi informasi tentang produk dan gerai. Pengolah informasi selalu
berujung pada pembentukan pilihan, terjadi inisiatif untuk membeli atau menolak
produk. Cognitive man berdiri di antara economic man dan passive man,
seringkali cognitive man punya pola respon terhadap informasi yang berlebihan
dan seringkali mengambil jalan pintas, untuk memenuhi pengambilan keputusannya
(heuristic) pada keputusan yang memuaskan.
- Sudut Pandang Emosianal
Menekankan emosi sebagai pendorong utama, sehingga
konsumen membeli suatu produk. Favoritisme buktinya seseorang berusaha
mendapatkan produk favoritnya, apapun yang terjadi. Benda-benda yang
menimbulkan kenangan juga dibeli berdasarkan emosi.anggapan emotional man itu
tidak rasional adalah tidak benar. Mendapatkan produk yang membuat perasaannya
lebih baik merupakan keputusan yang rasional.
5.3 Memilih Sumber-sumber Pembelian
A. Kebudayaan
faktor budaya adalah salah satu pengaruh yang paling
berdampak luas dalam perilaku konsumen.Pustakawan harus mengetahui
peranan yang dimainkan oleh budaya tersebut,dan juga sub-budaya,dan juga kelas
sosial pembeli.Budaya memegang peranan yang sangat penting di dalam perilaku
konsumen.apabila kebudayaan sudah sangat melekat di dalam diri konsumen,tidak
akan dapat dengan mudah pengaruh kebudayan-kebudayaan asing yang datang dari
luar bisa masuk begitu saja.
Contohnya saja seorang konsumen yang sudah sangat
cinta dengan kebudayaan bangsanya,sehingga ia selalu menggunakan prodak dalam
negeri dan tidak mau menggunakan prodak luar.memang tidak semua konsumen
seperti itu,masih terdapat konsumen-konsumen yang tidak mempunyai jiwa
kebudayaan yang melekat utuh didalam dirinya,sehingga ia masih dengan mudah
terpengaruh oleh kebudayaan asing,dan menggunakan produk-produk dari luar.
Setiap kebudayaan masing-masing terdiri dari
sub-budaya sub-budaya yang lebih kecil lagi,yang memberikan identifikasi dan
sosialisasi yang lebih jelas untuk para anggotanya. Adalah faktor penentu
keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Jika makhluk yang lebih
rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh naluri, maka perilaku manusia
sebagian besar adalah dipelajari.
Anak yang dibesarkan dalam sebuah masyarakat
mempelajari seperangkat nilai dasar, persepsi, preferensi, dan perilaku melalui
sebuah proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan berbagai lembaga penting
lainnya. Karena itu, seseorang anak yang dibesarkan dalam kebudayaan tertentu
akan mempunyai nilai-nilai kebudayaan tertentu pula (seperti nilai prestasi dan
keberhasilan, aktivitas, efisiensi, dan kepraktisan, kemajuan, kenyataan,
kenyamanan material, individualisme, kebebasan, kenikmatan eksternal,
kemanusiaan dan sikap serta jiwa muda).
B. Kelompok Sosial dan Refrensi
Pada umumnya konsumen sering meminta pendapat dari
orang sekitas dan lingkungannya tentang produk apa yang harus dibeli. Karena
itulah lingkungan sosial memberikan pengaruh terhadap prilaku konsumen. Faktor
Sosial terdiri dari 3 bagian, yaitu : kelompok acuan, keluarga, dan peran.
Kelompok acuan adalah semua kelompok yang memilki pengaruh langsung terhadap
sikap / prilaku seseorang. Dengan pendapat yang diperoleh dari suatu kelompok
maka konsumen dapat membuat keputusan konsumsi. Keluarga sebagai organisasi
pembelian konsumen
yang paling penting juga berpengaruh secara langsung
terhadap keputusan seseorang dalam membeli barang sehari-hari. Sedangkan peran
meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan seseorang. Suatu produk atau
merk dapat menggambarkan peran dan status pamakainya.
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial,
seperti kelompok kecil, keluarga serta peranan dan status sosial konsumen.
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Kelompok yang
mempunyai pengaruh langsung. Definisi kelompok adalah dua orang atau lebih yang
berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau bersama.
C. Keluarga
Keluarga dapat pempengaruhi perilaku Konsumen .
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam
masyarakat. Keputusan pembelian keluarga, tergantung pada produk, iklan dan
situasi.
Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama
hidupnya-keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok
dapat diidentifikasikan dalam peran dan status. Setiap peran membawa status
yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat.
Para anggota keluarga dapat mempengaruhi dengan kuat
terhadap perilaku membeli. Kita dapat membedakan dua maaca keluarga dalam
kehidupan pembeli. Pertama, keluarga sebagai sumber orientasi yang terdiri dari
orangtua. Kedua, keluarga sebagai sumber keturunan, disani adanya hubungan yang
saling mempengaruhi (suami-istri dan anak).
Sumber-Sumber Pembelian Intern
A. Motivasi
Motivasi adalah dorongan. Asumsi bahwa keadaan
terdorong/munculnya dorongan pada organisme dipicu oleh mekanisme – mekanisme hemeostatik
dalam tubuhnya. Dan sebagaimana yang akan kita lihat, dorongan memiliki kaitan
yang erat dengan kebutuhan – kebutuhan organisme. Jika organisme mengalami
keadaan kekurangan fisiologis/mengalami kebutuhan – kebutuhan, dorongan –
dorongan untuk mengembalikan keadaan fisiologis itu akan aktif pada organisme
tersebut (Woodworh dan Schlosberg, 1954). Sungguhpun demikian, dalam keadaan
tertentu dorongan bisa aktif terlepas dari kebutuhan.
Motivasi merupakan kebutuhan yang cukup menekan untuk
mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Beberapa
kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis
tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan
kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari
keadaan fisologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga
diri atau kebutuhan diterima.
Seperti yang diterangkan oleh teori Robert Maslow:
Dimulai dengan kebutuhan-kebutuhan fisiologis (lapar, haus), disusul
kebutuhan-kebutuhan keselamatan (perasaan aman, perlindungan), kemudian
kebutuhan-kebutuhan sosial (perasaan menjadi anggota lingkungan dan dicintai),
selanjutnya kebutuhan-kebutuhan untuk dihargai (harga diri, pengakuan, status)
dan mengkerucut ke kebutuhan-kebutuhan pernyataan diri (pengembangan dan
perwujudan diri).
B. Belajar
Proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan,
mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti
dari dunia ini. Sewaktu orang berbuat, mereka belajar. Belajar
menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber
dari pengalaman.
Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh
kepercayaan dan sikap. Kepercayaan adalah gagasan deskriptif yang dianut oleh
seseorang tentang sesuatu. Sebuah sikap, menggambarkan penilaian kognitif
yang baik maupun tidak baik, perasaan-perasaan emosional dan kecenderungan
berbuat yang bertahan selama waktu tertentu terhadap beberapa obyek atau
gagasan.
C. Kepribadian
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi seperti umur dan tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi
ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
0 komentar:
Posting Komentar