BAB VI
Sikap Motivasi dan Konsep Diri
6.1 Komponen Sikap
Ada tiga
komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh ,yaitu:
A. Kognitif
(cognitive)
Berisi
kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek
sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar
seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.
B. Afektif (affective)
Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
C. Konatif (conative)
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi (Notoatmodjo ,1997).
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi (Notoatmodjo ,1997).
6.2 Sifat-sifat Sikap
Pada dasarnya prinsip manusia itu berdasarkan
kesenangan (leasure). Semakin senang seorang manusia serasa telah
manjadi manusia.
Untuk sikap
itu sendiri terbagi dalam 3 komponen
- Komponen kognitif, merupakan pola dalam berpikir entah bersifat positif maupun negatif.
- Komponen afektif, menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
- Komponen Konatif, Merupakan komponen perilaku dalam struktur sikap yang menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya. (http://msuridin.blogspot.com
6.3 Penggunaan Multiatribute Attitude Model
untuk memahami sikap konsumen
1. The
attribute-toward-object model:
Digunakan khususnya menilai sikap konsumen terhadap satu kategori produk atau merk spesifik. Hal ini untuk menilai fungsi kehadiran dan evaluasi terhadap sesuatu.Pembentukan sikap konsumen yang dimunculkan karena telah merasakan sebuah objek. Hal ini mempengaruhi pembentukan sikap selanjutnya.
Digunakan khususnya menilai sikap konsumen terhadap satu kategori produk atau merk spesifik. Hal ini untuk menilai fungsi kehadiran dan evaluasi terhadap sesuatu.Pembentukan sikap konsumen yang dimunculkan karena telah merasakan sebuah objek. Hal ini mempengaruhi pembentukan sikap selanjutnya.
2. The attitude-toward-behavior
model
Lebih digunakan untuk menilai tanggapan konsumen melalui tingkah laku daripada sikap terhadap objek.
Pembentukan sikap konsumen akan ditunjukan berupa tingkah laku konsumen yang berupa pembelian ditempat itu.
Lebih digunakan untuk menilai tanggapan konsumen melalui tingkah laku daripada sikap terhadap objek.
Pembentukan sikap konsumen akan ditunjukan berupa tingkah laku konsumen yang berupa pembelian ditempat itu.
3. Theory
of-reasoned-action model
Menurut teori ini pengukuran sikap yang tepat seharusnya didasarkan pada tindakan pembelian atau penggunaan merk produk bukan pada merek itu sendiri tindakan pembelian dan mengkonsumsi produk pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan.
Menurut teori ini pengukuran sikap yang tepat seharusnya didasarkan pada tindakan pembelian atau penggunaan merk produk bukan pada merek itu sendiri tindakan pembelian dan mengkonsumsi produk pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan.
6.4 Dinamika
proses motivasi
Proses motivasi terdiri dari :
· tujuan. Perusahaan harus bias
menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai, baru kemudian konsumen
dimotivasi ke arah itu.
· mengetahui kepentingan. Perusahaan
harus bisa mengetahui keinginan konsumen tidak hanya dilihat dari kepentingan
perusahaan semata
· komunikasi efektif. Melakukan
komunikasi dengan baik terhadap konsumen agar konsumen dapat mengetahui apa
yang harus mereka lakukan dan apa yang bisa mereka dapatkan.
· integrasi tujuan. Proses motivasi
perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan konsumen.
Tujuan perusahaan adalah untuk mencari laba serta perluasan pasar. Tujuan
individu konasumen adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan.kedua kepentingan di
atas harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.
·
fasilitas. Perusahaan memberikan fasilitas agar
konsumen mudah mendapatkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
6.5 Kegunaan
Dan Stabilitas Pola Motivasi
Tujuan motivasi konsumen :
1. meningkatkan kepuasan
2. mempertahankan loyalitas
3. efisiensi
4. efektivitas
5. menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara
produsen atau penjual dengan pembeli atau konsumen.
6.6 Memahami
kebutuhan konsumen
Kebutuhan konsumen dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
· fisiologis. Dasar-dasar kelangsungan
hidup, termasuk rasa lapar, haus dan kebutuhan hidup lainnya.
· keamanan. Berkenaan dengan
kelangsungan hidup fisik dan keamanan
· Afiliasi dan pemilikan. Kebutuhan
untuk diterima oleh orang lain, menjadi orang penting bagi mereka.
· prestasi. Keinginan dasar akan
keberhasilan dalam memenuhi tujuan pribadi
· kekuasaaan. Keinginan untuk emndapat
kendali atas nasib sendiri dan juga nasib orang lain
· ekspresi diri. Kebutuhan mengembangkan
kebebasan dalam ekspresi diri dipandang penting oleh orang lain.
· urutan dan pengertian. Keinginan untuk
mencapai aktualisasi diri melalui pengetahuan, pengertian, sistematisasi dan
pembangunan system lain.
· pencarian variasi. Pemeliharaan
tingkat kegairahan fisiologis dan stimulasi yang dipilih kerap diekspresikan
sebagai pencarian variasi
· atribusi sebab-akibat. Estimasi atau
atribusi sebab-akibat dari kejadian dan tindakan.
BAB VII
Kepribadian,Nilai dan Gaya hidup
7.1
Kepribadian
Kepribadian
merupakan ciri watak seorang individu yang konsisten yang mendasari perilaku
individu. Kepribadian sendiri meliputi kebiasaan, sikap, dan sifat lain yang
kas dimiliki seseorang. Tapi kepribadian berkembang jika adanya hubungan dengan
orang lain. Dasar pokok dari perilaku seseorang adalah faktor biologis dan
psikologisnya. Kepribadian sendiri memiliki banyak segi dan salah satunya
adalah self atau diri pribadi atau citra pribadi. Mungkin saja konsep diri
aktual individu tersebut (bagaimana dia memandang dirinya) berbeda dengan
konsep diri idealnya (bagaimana ia ingin memandang dirinya) dan konsep diri
orang lain (bagaimana dia mengganggap orang lain memandang dirinya). Keputusan
membeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur
hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri
pembeli.
7.2
Nilai-nilai individu
Nilai
(value) merupakan kata sifat yang selalu terkait dengan benda, barang, orang
atau hal-hal tertentu yang menyertai kata tersebut. Nilai adalah sebuah konsep
yang abstrak yang hanya bisa dipahami jika dikaitkan dengan benda, barang,
orang atau hal-hal tertentu. Pengkaitan nilai dengan hal-hal tertentu itulah
yang menjadikan benda, barang atau hal-hal tertentu dianggap memiliki makna
atau manfaat. Benda purbakala dianggap bernilai karena berguna bagi generasi
penerus untuk mengetahui sejarah masa lampau kita. Video tape recorder, meski
secara teknis kondisinya masih baik, dianggap manfaatnya sudah hilang karena
sudah susah mengoperasikannya mengingat kaset yang seharusnya menjadi komplemen
video tape tersebut tetidak bisa lagi diperoleh di pasaran, semuanya
tergantikan oleh VCD. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan nilai adalah
prinsip, tujuan, atau standar sosial yang dipertahankan oleh seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat) karena secara intrinsik mengandung makna.
7.3
Konsep gaya hidup dan pengukurannya
Konsep
dari sebuah gaya hidup adalah menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola
seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Secara umum dapat diartikan
sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan
waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan
(minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar
(opini). Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas,
minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan
status sosialnya. Psikografi adalah variabel-variabel yang digunakan untuk
mengukur gaya hidup. Bahkan sering kali istilah psikografi dan gaya hidup
digunakan secara bergantian. Beberapa variabel psikografi adalah sikap, nilai,
aktivitas, minat, opini, dan demografi.
Teori
sosio-psikologis melihat dari variabel sosial yang merupakan determinan yang
paling penting dalam pembentukan kepribadian. Teori faktor ciri, yang
mengemukakan bahwa kepribadian individu terdiri dari atribut predisposisi yang
pasti yang disebut ciri (trait).
Konsep
gaya hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait dengan
bagaimana seseorang hidup, bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana
mengalokasikan waktu mereka. Kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada
perspektif internal, yang memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan
dan persepsi mereka terhadap sesuatu.
Ada 3
Faktor yang mempengaruhi Gaya Hidup Konsumen
1.
Kegiatan yaitu bagaimana konsumen menghabiskan waktunya.
2. Minat
yaitu tingkat keinginan atau perhatian atas pilihan yang dimiliki konsumen.
3.
Pendapat atau pemikiran yaitu jawaban sebagai respon dari stimulus dimana
semacam pertanyaan yang diajukan.
7.4
Pengukuran ganda perilaku individu
Pengukuran
ganda perilaku individu digunakan di dalam analisis perilaku
konsumen.Kepribadian mempunyai efek atas pembelian, namun gaya hidup memiliki
efek yang lebih besar.Tentu saja sumber daya seperti pendapatan dan waktu juga
memberikan efek yang penting. Ancangan elektrik terhadap gaya hidup adalah yang
paling praktis untuk mengembangkan strategi pemasaran.Tujuannya adalah mengerti
konsumen sebaik mungkin.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku individu terhadap pengambilan keputusan konsumen :
1.
Sikap orang lain
2.
Faktor situasi tak terduga
Konsumen
mungkin membentuk kecenderungan pembelian berdasar pada pendapatan yang
diharapkan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan.
Ada 5
tahap proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari :
· Pengenalan Kebutuhan
Proses
pembelian bermula dari pengenalan kebutuhan (need recognition)-pembelian
mengenali permasalahan atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan
antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan.
· Pencarian Informasi
Konsumen
yang tergerak mungkin mencari dan mungkin pula tidak mencari informasi
tambahan. Jika dorongan konsumen kuat dan produk yang memenuhi kebutuhan berada
dalam jangkauannya, ia cenderung akan membelinya.
· Pengevaluasian Alternatif
Cara
konsumen memulai usaha mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada
konsumen individual dan situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus,
konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan pikiran yang logis.
· Keputusan Pembeli
Tahap
pengevaluasian, konsumen menyusun peringkat merek dan membentuk kecenderuangan
(niat) pembelian. Secara umum, keputusan pembelian konsumen akan membeli merek
yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul diantara kecenderungan
pembelian dan keputusan pembelian.
· Perilaku Setelah Pembelian
Pekerjaan
pemasar tidak hanya berhenti pada saat produk dibeli. Setelah membeli produk,
konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan akan masuk ke perilaku setelah
pembelian yang penting diperhatikan oleh pemasar.
BAB VIII
Mempengaruhi
Sikap dan Perilaku
8.1 Dari bujukan
hingga komunikasi
Konsumen adalah kelompok individual
(perorangan maupun rumah tangga) yang membeli dan mengkonsumsi barang atau jasa
untuk kepentingan pribadi maupun keluarganya atau untuk maksud lain.Keputusan
pembelian konsumen untuk membeli atau tidak membeli merupakan respons perilaku
atas stimulan yang diterima konsumen. Model yang mendasarkan pada arus proses
perilaku konsumen ini sering dikenal sebagai model rangsangan-tanggapan
(stimulus-respons model).
Stimulan yang merupakan masukan
proses perilaku dibedakan atas rangsangan pemasaran dari pemasar dan rangsangan
dari lingkungan konsumen itu sendiri. Sedangkan proses pengambilan keputusan
dipengaruhi oleh faktor personal maupun sosial konsumen. Respons perilaku
konsumen dapat dijadikan faktor yang dapat membentuk keputusan pembelian (yaitu
pembelian selanjutnya) atau tidak melakukan pembelian.
Rangsangan pemasaran dari pemasar
yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen yaitu seluruh kegiatan
pemasaran yang meliputi bujukan hingga komunikasi mengenai produk tertentu yang
ditawarkan. Para pemasar dapat melakukan kegiatan yang dapat dijadikan teknik
modifikasi perilaku konsumen. Berbagai teknik modifikasi yang dapat mempengaruhi
sikap dan perilaku konsumen adalah melalui beberapa aspek pemasaran yang
meliputi aspek produk, aspek harga, dan aspek promosi.
8.2 Teknik modifikasi perilaku
Tehnik-tehnik modifikasi perilaku
dalam perilaku konsumen adalah :
·
Dorongan Prompting
Yaitu
permintaan untuk melakukan suatu tindakan kepada seseorang yang barangkali
setiap orang yang pernah memesan makanan di restoran fast-food pernah menjumpai
dorongan.Contoh : `Anda mau mencoba Ice cream dan Cheese kami yang baru?``Anda
mau pesan kentang goreng?`
·
Teknik Banyak Permintaan (Many asking)
Yaitu
mengajukan beberapa permintaan kepada konsumen dengan mengawalinya dari
permintaan yang kecil lalu ke permintaan yang lebih besar. Atau sebaliknya,
diawali dari permintaan besar kemudian diikuti oleh permintaan lebih kecil. Contoh : Menawarkan produk yang mahal terlebih dahulu,
kemudian menawarkan produk yang lebih murah.
·
Prinsip Resiprositas (Respority)
Yaitu tehnik
meningkatkan kepatuhan konsumen atas perimintaan pemasar dengan lebih dahulu menawarkan
orang bersangkutan sejumlah hadiah atau sample produk. Contoh : Memberikan
sample produk gratis, mencicipi produk, test drive dan sebagainya.
·
Peran Komitmen (Committement)
Komitmen
yang dipegang secara konsisten akan meningkatkan jumlah pembelian.
Komitmen yang tertulis akan dapat
meningkatkan konsistensi dalam bertransaksi
Perusahaan penjualan door to door
telah menemukan keajaiban komitmen tertulis. Mereka dapat mengurangi tingkat
pembatalan hanya dengan meminta pelanggan mengisi formulir perjanjian penjualan
(sebagai tanda jadi).
·
Pelabelan (Labelling)
Melibatkan
pelekatan semacam gambaran pada seseorang, seperti `Anda Baik Hati`Label diduga
menyebabkan orang memandang diri mereka dengan cara yang diisyaratkan oleh
labelnya. Pelabelan dapat digunakan oleh pemasar intuk menarik hati calin
konsumen, sehingga pembelian terjadiPemasar pakaian dapat mengatakan, `Anda
orang tua yang penuh perhatian.` di saat menawarkan pakaian untuk anak orang
tersebut.
·
Insentif (Insentif)
Insetif
merupakan jaaran luas alat-alat promosi, seperti korting harga, undian, rabat,
kontes, dan ku[on. Insentif biasanya mewakili komponen penting dari keseluruhan
strategi promosi produk Contoh:
Mainan anak pada produk makanan anak, cairan pewangi pada produk detergen dan
sebagainya
BAB IX
Pengaruh Kebudayaan Terhadap Pembelian dan Konsumsi
9.1 Pengertian
Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat
hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalahCultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan-hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat
9.2 Dimanakah Seseorang Menemukan Nilai-Nilai yang
dianutnya?
Nilai-nilai ini diperoleh dan berkembang melalui
informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang perjalanan hidupnya.
Individu mempelajari semuanya melalui proses belajar dari kehidupan sehari-hari
dan belajar menentukan hal yang benar maupun yang salah. Untuk memahami
perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi
dimana mereka tumbuh dan berkembang. Nilai-nilai tersebut diambil dengan
berbagai cara, diantaranya yaitu :
· Model atau contoh, ialah dimana
individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau buruk melalui observasi
perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat lingkungannya dimana
dia bergaul.
· Moralitas, diperoleh dari keluarga,
ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya bekerja dan memberikan ruang dan
waktu atau kesempatan kepada individu untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang
berbeda.
· Sesuka hati, adalah proses dimana
adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan sangat tergantung kepada
nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih serta mengembangkan
sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini lebih sering
disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau
pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi
individu tersebut.
· Penghargaan dan Sanksi, ialah
perlakuan yang biasa diterima seperti mendapatkan penghargaan bila menunjukan
perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat sanksi atau hukuman bila
menunjukan perilaku yang tak baik.
· Tanggung jawab untuk memilih, ialah
adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai tertentu dan mempertimbangkan
konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu adanya dukungan dan bimbingan
dari seseorang yang akan menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya
sendiri.
9.3 Pengaruh
kebudayaan terhadap perilaku konsumen
Pemasar harus mempertimbangkan beberapa isu penting
saat menganalisis budaya, yaitu:
·
Makna budaya
dapat dianalisis dalam beberapa tahapan yang berbeda, seperti halnya
penganalisisan pada tingkat makro dari masyarakat atau negara secara
keseluruhan ataupuan budaya dari nilai-nilai bersama oleh sekelompok masyarakat
tertentu secara mikro, seperti dilihat dari segmen masyarakat tertentu misalnya
sekelompok orang dalam kelas sosisl atau grup referensi ,ataupun dalam lingkup
keluarga.
·
Konsep makna umum atau yang dimiliki bersama sangat
penting untuk memahami budaya. Makna budaya ( cultural meaning )
adalah jika sebagian atau beberapa masyarakat dalam suatu kelompok sosial
memiliki makna dasar yang sama. (misalnya, apakah arti ‘orang tua/ manula’?
apakah makna ‘lingkungan yang aman’? bagaimana arti’bicara yang sopan’? dsb).
·
Makna budaya diciptakan oleh masyarakat melalui
interaksi sosial mereka. Pembangunan makna budaya terlihat dalam tingkatan
kelompok yang lebih kecil misalnya bagaimana mode busana yang disebut
“ngetrend” pada mahasiswa sampai akhir tahun ini? Accessories apa yang sering
mereka gunakan?Sedangkan di lingkungan makro makna itu dipengaruhi oleh
institusi budaya seperti pemerintah, organisasi keagamaan, pendidikan,
dan juga perusahaan semuanya dapat terlibat dalam pembangunan makna budaya.
·
Makna budaya terus melakukan gerakan ( dinamis )
dan dapat mengalami perubahan yang cepat, misalnya perilaku masyarakat yang
dramatis oleh munculnya tipe ponsel ( handphone ) Blackberry,
yang dianggap mampu melakukan fungsi lebih dari sekedar ponsel tetapi mampu
melakukan chating , facebook, email dsb.
·
Kelompok-kelompok sosial memiliki perbedaan dalam
tingkat kebebasan memilih makna budaya tertentu, seperti di Amerika dan Eropa
masyarakat lebih memiliki kesempatan untuk menciptakan identitas pribadi dan
menggunakannya, sementara sebagian masyarakat lain di Cina, India dan Arab
Saudi mungkin lebih terbatas dalam memiliki kebebasan memilih makna budaya
tertentu.
Kandungan utama budaya sering digunakan sebagai
pendekatan oleh pemasar dalam menganalisis budaya untuk melakukan terobosan
pemasaran. Pemasar biasanya berfokus pada nilai-nilai dominan dalam suatu
masyarakat. Kandungan suatu budaya ( content of culture) adalah
kepercayaan, sikap, tujuan, dan nilai-nilai yang dipegang oleh sebagian besar
masyarakat dalam suatu lingkungan yang menyangkut aspek-aspek lingkungan sosial
( ragam agama dan kepercayaan, ragam partai politik , dsb) dan fisik ( produk,
peralatan , gedung dan bangunan dsb) dalam masyarakat tertentu. Tujuan dalam
analisis budaya adalah untuk memahami kandungan makna dari sudut pandang
konsumen yang menciptakan dan menggunakannya.
9.4 Struktur
Konsumsi
Secara matematis struktur konsumsi
yaitu menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai hasil dari keseimbangan
antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran) dengan kebijakan
distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian pada tiap harga
(permintaan). Grafik ini memperlihatkan sebuah pergeseran ke kanan dalam
permintaan dari D1 ke D2bersama
dengan peningkatan harga dan jumlah yang diperlukan untuk mencapai sebuah titik
keseimbangan (equibilirium) dalam kurva penawaran (S).
9.5 Dampak
Nilai-Nilai Inti terhadap pemasar
·
Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.
· Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaza dan kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya. Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya. Orang Yogya akan memenuhi kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan memuaskan keinginannya dengan makanan sukayaki dll.
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaza dan kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya. Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya. Orang Yogya akan memenuhi kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan memuaskan keinginannya dengan makanan sukayaki dll.
· Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan menusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
9.6 Perubahan
Nilai
Budaya juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada
beberapa aspek dari perlunya perluasan perubahan budaya yaitu :
1. Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi kepuasan.
2. Budaya adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.
3. Kerumitan dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.\
9.7 Perubahan
Institusi
Kebudayaan yang semakin berkembang mengakibatkan
pembelian dan konsumsi yang berubah pula. Kebudayaan secara tidak langsung
telah mempengaruhi dalam segala aspek kehidupan manusia. Para pemasar dapat
melihat perkembangan kebudayaan dengan cara melalui penjualan produk yang
dijual pada konsumen serta pengaruhnya terhadap pembelian dan konsumsi mereka.
Seraya melihat perubahan-perubahan nilai kebudayaan yang terjadi pada
masyarakat.
BAB X
Pengaruh Kelas Sosial dan Status
10.1 Jenjang
Sosial
Perkembangan zaman ternyata juga
mempengaruhi dalam pola kehidupan dan interaksi sosial kita. Termasuk pengaruh
kelas sosial dan status sosial terhadap pembelian dan konsumsi.Pengaruh jenjang
sosial Terhadap Pembelian dan Konsumsi sangat berpengaruh, kelas sosial
dan lapisan sangat penting untuk para produsen karena dapat membedakan target
sasaran produsen tersebut apa untuk status yang lebih tinggi atau untuk status
yang lebih rendah dalam menjual produk mereka.
Gaya hidup dari lapisan atas
pastinya akan berbeda dengan gaya hidup lapisan menengah dan bawah. Dengan uang
yang banyak masyarakat yang berada dilapisan atas biasanya lebih konsumtif
dalam melakukan pembelian dan dapat membeli barang-barang mewah yang mahal
harganya, sedangkan untuk kelas menengah dan bawah barang mewah adalah suatu
pemborosan yang akan mereka lakukan jika dipaksakan untuk membelinya.
Keberadaaan Jenjang sosial dalam kehidupan masyarakat merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan. Keberdaan hal ini di karenakan banyak faktor yang mempengaruhiya, di saamping itu setiap manusia memiliki keinginan yang sangat kuat untuk bisa dihargai maupun dihormati oleh orang lainnya.
Keberadaaan Jenjang sosial dalam kehidupan masyarakat merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan. Keberdaan hal ini di karenakan banyak faktor yang mempengaruhiya, di saamping itu setiap manusia memiliki keinginan yang sangat kuat untuk bisa dihargai maupun dihormati oleh orang lainnya.
Hal itulah yang paling utama dalam
membentuk adanya jenjang sosial di masyarakat. sehingga akan menjadikan manusia
untuk melakukan proses agar dapat berkembang dari kehidupan sebelumnya menjadi
kehidupan yang lebih baik.
10.2 Pengertian Jenjang Sosial
Jenjang sosial adalah pembagian anggota masyarakat ke
dalam suatu hierarki status kelas atau jenjang yang berbeda sehingga para
anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status yang sama, dan para
anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Pengertian jenjang sosial merupakan kondisi dimana seseorang berusaha untuk dapat menaikan kelas sosialnya pada suatu posisi yang mana mencerminkan status sosialnya menjadi lebih baik di masyarakat.
10.3 Menurut Gilbert dan Kahl ada 3 Variabel yang
mempengaruhi kelas social yaitu:
1.
Variabel
ekonomi
Pekerjaan, pendapatan dan kekayaan mempunyai
kepentingan kritis karena apa yang orang kerjakan untuk nafkah tidak hanya
menentukan berapa banyak yang harus pengeluaran rutin yang harus dikeluarkan,
tetapi juga sangat penting dalam menentukan kehormatan yang diberikan kepada
anggota keluarga.
2.
Variabel Interaksi
· Prestise
adalah sentiment di dalam pikiran orang yang mungkin tidak selalu mengetahui
bahwa hal itu ada disana.
· Asosiasi
adalah Variabel yang berkenaan dengan hubungan sehari-hari yang mereka kerjakan
dengan cara yang sama dan dengan siapa mereka merasa senang.
· Sosialisasi
adalah proses dimana individu belajar keterampilan, sikap, dan kebiasaan untuk berpartisipasi
di dalam kehidupan komunitas bersangkutan.
3.
Variabel Politik
· Kekuasaan
adalah potensi individu atau kelompok untuk menjalankan kehendak mereka atas
orang lain.
· Kesadaran
kelas mengacu pada tingkat dimana orang di dalam suatu kelas social sadar akan
diri mereka sebagai suatu kelompok tersendiri dengan kepentingan politik.
· Mobilitas
adalah konsep kembar yang berhubungan dengan stabilitas atau instabilitas
system stratifikasi.
10.4 Faktor
Penentu Kelas Sosial
Apakah yang menyebabkan seseorang tergolong ke dalam
suatu kelas sosial tertentu? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut sangat
beragam, karena strata sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat itu sendiri atau terjadi
dengan sengaja disusun untuk mengejar tujuan-tujuan atau
kepentingan-kepentingan bersama. Secara ideal semua manusia pada dasarnya
sederajat. Namun secara realitas, disadari ataupun tidak ada orang-orang yang
dipandang tinggi kedudukannya dan ada pula yang dipandang rendah kedudukannya.
Dalam istilah sosiologi kedudukan seseorang dalam masyarakat disebut status
atau kedudukan sosial (posisi seseorang dalam suatu pola hubungan
sosial yang tertentu). Status merupakan unsur utama pembentukan strata
sosial, karena status mengandung aspek struktural dan aspek fungsional. Aspek
struktural adalah aspek yang menunjukkan adanya kedudukan - tinggi dan rendah
dalam hubungan antar status. Aspek fungsional, yaitu aspek yang menunjukkan
adanya hak-hak dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh penyandang
status.
Talcott Persons, menyebutkan ada lima menentukan
tinggi rendahnya status seseorang, yaitu:
1. Kriteria
kelahiran (ras, kebangsawanan, jenis keCamin.
2. Kualitas
atau mutu pribadi (umur, kearifan atau kebijaksanaan).
3. Prestasi
(kesuksesan usaha, pangkat.
4. Pemilikan
atau kekayaan (kekayaan harta benda)
10.5 Pengukur
Kelas Sosial
Meskipun banyak ahli setuju bahwa kelas sosial adalah
konsep yang valid dan berguna, tapi tidak ada pernyataan umum bagaimana
mengukurnya. Pendekatan yang sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakup
dalam berbagai kategori yang luas, meliputi ukuran subyektif, ukuran reputasi dari
kelas sosial.
1. Ukuran
Subyektif
Untuk
mengukur kelas sosial dengan pendekatan ini, para individu diminta untuk
menaksir kedudukan kelas sosial mereka masing-masing. Klasifikasi keanggotaan
kelas sosial yang dihasilkan didasarkan pada persepsi partisipan terhadap
dirinya atau citra diri partisipan. Kelas sosial dianggap sebagai fenomena
“pribadi” yaitu fenomena yang menggambarkan rasa memiliki seseorang atau
identifikasi dengan orang lain. Rasa keanggotaan kelompok sosial ini sering
disebut kesadaran sosial.
2. Ukuran
Reputasi
Pendekatan
reputasi untuk mengukur kelas sosial memerlukan informan mengenai masyarakat
yang dipilih untuk membuat pertimbangan awal mengenai keanggotaan kelas sosial
orang lain dalam masyarakat.
10.6 Apakah Kelas
Sosial Berubah?
Kelas sosial akan pasti berubah, sama halnya seperti
roda kehidupan yang selalu berputar. Kadang seseorang berada dalam status
sosial yang tinggi atau berada saat mapan atau di hormati, tetapi terkadang
lambat laun akan berada di posisi bawah, yaitu ketika mereka tidak lagi
berjaya, kaya, atau di hormati seperti sebelum – sebelumnya. Ketika kelas
sosial berubah perubahan itu juga akan mempengaruhi perilaku dan selera
konsumen terhadap suatu barang. Misalnya seorang yang biasa mengkonsumsi nasi
dari beras yang mempunyai kualitas yang rendah, tetapi apabila ia menjadi kaya
atau memperoleh rezeki yang berlebih maka ia akan merubah beras yang di
konsumsi dari yang berkualitas rendah ke kualitas yang lebih tinggi. Dan ini
juga bisa mempengaruhi berbagai permintaan produksi suatu barang maupun jasa.
10.7 Pemasaran Pada Segmen Pasar Berdasarkan
Kelas Sosial
Pemasaran pada segmen pasar berdasarkan kelas sosial
berbeda – beda sesuai dengan kelas sosial yang ingin di tuju. Bisa dilihat
apabila ingin memasarkan suatu produk yang mempunyai kelas sosial yang tinggi
biasanya menggunakan iklan yang premium atau bisa di bilang lebih eksklusif
karena dapat diketahui bahwa orang – orang yang berada di kelas sosial atau
memiliki status sosial yang tertinggi, mereka lebih memilih produk yang
higienis, terbaru, bermerk, dan kualitas yang sangat bagus. Berbeda apabila
pemasaran dilakukan untuk orang – orang yang berada pada kelas sosial terendah.
Penggunaan iklan pun kurang di gencarkan dan biasanya malah lebih menggunakan
promosi yang lebih kuat, karena kelas sosial yang rendah lebih banyak
mementingkan sebuah kuantitas suatu produk dengan harga yang murah. Jadi
berbeda sekali pemasaran yang dilakukan apabila melihat dari posisi kelas
sosial yang ada.
0 komentar:
Posting Komentar