BAB XI
Pengaruh
Kelas Sosial dan Status
11.1 Jenjang
Sosial
Dalam kehidupan setiap individu,
masing-masing memiliki perbedaan yang cukup beragam. Setiap orang dapat
membedakannya melalui kelas-kelas tertentu, yaitu kelas bawah, menengah, dan
kelas atas. Perbedaan yang muncul terkadang membuat kita merasa ada yang kurang
dari diri sendiri atau suatu ketidak kepercayaan. Apabila disangkut-pautkan
dengan makna dari bhineka tunggal ika bangsa Indonesia; "meskipun berbeda
tetapi tetap satu". Seharusnya kita bisa memaknai kalimat tersebut.
Perbedaan yang lain dapat dinilai dari fisik, keyakinan, ras, suku, agama,
pendidikan, jenis kelamin, usia, kemampuan, dsb.
11.2 Pengertian
Jenjang Sosial
Kelas sosial didefinisikan sebagai
suatu strata (lapisan) orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum
(rangkaian kesatuan) status sosial. Definisi ini memberitahukan bahwa dalam
masyarakat terdapat orang-orang yang secara sendidi-sendidi atau bersama-sama
memiliki kedudukan social yang kurang lebih sama. Mereka yang memiliki
kedudukan kurang lebih sama akan berada pada suatu lapisan yang kurang lebih
sama pula.
Kelas sosial didefinisikan sebagai
pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki status kelas yang berbeda
sehingga para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status yang sama,
dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih
rendah. Kategori kelas sosial biasanya disusun dalam hierarki, yang berkisar
dari status yang rendah sampai yang tinggi. Dengan demikian, para anggota kelas
sosial tertentu merasa para anggota kelas sosial lainnya mempunyai status yang
lebih tinggi maupun lebih rendah dari pada mereka. Aspek hierarkis kelas sosial
penting bagi para pemasar. Para konsumen membeli berbagai produk tertentu
karena produk-produk ini disukai oleh anggota kelas sosial mereka sendiri
maupun kelas yang lebih tinggi, dan para konsumen mungkin menghindari berbagai
produk lain karena mereka merasa produk-produk tersebut adalah produk-produk
“kelas yang lebih rendah”.
Pendekatan yang sistematis untuk
mengukur kelas sosial tercakup dalam berbagai kategori yang luas berikut ini:
ukuran subjektif, ukuran reputasi, dan ukuran objektif dari kelas sosial.
Peneliti konsumen telah menemukan bukti bahwa di setiap kelas sosial, ada
faktor-faktor gaya hidup tertentu ( kepercayaan, sikap, kegiatan, dan perilaku
bersama ) yang cenderung membedakan anggota setiap kelas dari anggota kelas
sosial lainnya.
Para individu dapat berpindah ke atas maupun ke bawah
dalam kedudukan kelas sosial dari kedudukan kelas yang disandang oleh orang tua
mereka. Yang paling umum dipikirkan oleh orang-orang adalah gerakan naik karena
tersedianya pendidikan bebas dan berbagai peluang untuk mengembangkan dan
memajukan diri.
Dengan mengenal bahwa para individu sering menginginkan
gaya hidup dan barang-barang yang dinikmati para anggota kelas sosial yang
lebih tinggi maka para pemasar sering memasukkan simbol-simbol keanggotaan
kelas yang lebih tinggi, baik sebagai produk maupun sebagai hiasan dalam iklan
yang ditargetkan pada audiens kelas sosial yang lebih rendah.
11.3 Faktor
Penentu Kelas sosial
Apakah yang menyebabkan seseorang
tergolong ke dalam suatu kelas sosial tertentu? Jawaban terhadap pertanyaan
tersebut sangat beragam, karena strata sosial dalam masyarakat dapat terjadi
dengan sendirinya sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat itu
sendiri atau terjadi dengan sengaja disusun untuk mengejar tujuan-tujuan atau
kepentingan-kepentingan bersama. Secara ideal semua manusia pada dasarnya
sederajat. Namun secara realitas, disadari ataupun tidak ada orang-orang yang
dipandang tinggi kedudukannya dan ada pula yang dipandang rendah kedudukannya.
Dalam istilah sosiologi kedudukan seseorang dalam masyarakat disebut status
atau kedudukan sosial (posisi seseorang dalam suatu pola hubungan sosial
yang tertentu). Status merupakan unsur utama pembentukan strata sosial,
karena status mengandung aspek struktural dan aspek fungsional. Aspek
struktural adalah aspek yang menunjukkan adanya kedudukan - tinggi dan rendah
dalam hubungan antar status. Aspek fungsional, yaitu aspek yang menunjukkan
adanya hak-hak dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh penyandang
status.
Talcott Persons, menyebutkan ada lima menentukan
tinggi rendahnya status seseorang, yaitu:
1. Kriteria kelahiran
(ras, kebangsawanan, jenis keCamin,
2. Kualitas atau mutu
pribadi (umur, kearifan atau kebijaksanaan)
3. Prestasi (kesuksesan
usaha, pangkat,
4. Pemilikan atau
kekayaan (kekayaan harta benda)
5. Otoritas (kekuasaan
dan wewenang: kemampuan-untuk menguasai/ mempengaruhi orang lain sehingga orang
itu mau bertindak sesuai dengan yang diinginkan tanpa perlawanan)
Beberapa indikator lain yang berpengaruh terhadap
pembentukan kelas sosial, yaitu:
a. Kekayaan
Untuk memahami peran uang dalam
menentukan strata sosiai/kelas sosial, kita harus menyadari bahwa pada
dasamya kelas sosial merupakan suatu cara hidup. Artinya bahwa pada
kelas-kelas sosial tertentu, memiliki cara hidup atau pola hidup tertentu pula,
dan untuk menopang cara hidup tersebut diperlukan biaya dalam hal ini uang
memiliki peran untuk menopang cara hidup kelas sosial tertentu.
b. Pekerjaan
Dengan semakin beragamnya pekerjaan
yang terspesialisasi kedalam jenis-jenis pekerjaan tertentu, kita secara sadar
atau tidak bahwa beberapa jenis pekerjaan tertentu lebih terhormat daripada
jenis pekerjaan lainnya.
c. Pendidikan
Kelas sosial dan pendidikan saling
mempengaruhi sekurang-kurangnya dalam dua hal. Pertama, pendidikan yang tinggi
memerlukan uang dan motivasi. Kedua, jenis dan tinggi rendahnya
pendidikan mempengaruhi jenjang kelas sosial. Pendidikan tidak hanya sekedar
memberikan ketrampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan mental, selera,
minat, tujuan, etiket, cara berbicara - perubahan dalam keseluruhan cara hidup
seseorang. Dalam beberapa hal, pendidikan malah lebih penting daripada
pekerjaan. De Fronzo (1973) menemukan bahwa dalam segi sikap pribadi dan
perilaku sosial para pekerja kasar sangat berbeda dengan para karyawan kantor.
Namun demikian, perbedaan itu sebagian besar tidak tampak bilamana tingkat
pendidikan mereka sebanding.
11.4 Pengukuran
Kelas Sosial
Pembagian Kelas Sosial terdiri atas 3 bagian yaitu:
a. Berdasarkan Status Ekonomi.
1) Aristoteles membagi masyarakat secara ekonomi
menjadi kelas atau golongan:
·
Golongan sangat kaya
·
Golongan kaya
·
Golongan miskin
Aristoteles menggambarkan ketiga kelas tersebut
seperti piramida:
1. Golongan Sangat Kaya
2. Golongan Kaya
3. Golongan Miskin
Ket :
Golongan pertama : merupakan kelompok terkecil dalam
masyarakat. Mereka terdiri dari pengusaha, tuan tanah dan bangsawan.
Golongan kedua : merupakan golongan yang cukup banyak
terdapat di dalam masyarakat. Mereka terdiri dari para pedagang, dsbnya.
Golongan ketiga : merupakan golongan terbanyak dalam
masyarakat. Mereka kebanyakan rakyat biasa.
2) Karl Marx juga membagi masyarakat menjadi tiga
golongan, yakni:
a. Golongan kapitalis atau borjuis : adalah mereka
yang menguasai tanah dan alat produksi.
b. Golongan menengah : terdiri dari para pegawai
pemerintah.
c. Golongan proletar : adalah mereka yang tidak
memiliki tanah dan alat produksi. Termasuk didalamnya adalah kaum buruh atau
pekerja pabrik.
Menurut Karl Marx golongan menengah cenderung
dimasukkan ke golongan kapatalis karena dalam kenyataannya golongan ini adalah
pembela setia kaum kapitalis. Dengan demikian, dalam kenyataannya hanya
terdapat dua golongan masyarakat, yakni golongan kapitalis atau borjuis dan
golongan proletar.
3) Pada masyarakat Amerika Serikat, pelapisan
masyarakat dibagi menjadi enam kelas yakni:
a. Kelas sosial atas lapisan atas ( Upper-upper class)
b. Kelas sosial atas lapisan bawah ( Lower-upper
class)
c. Kelas sosial menengah lapisan atas ( Upper-middle
class)
d. Kelas sosial menengah lapisan bawah ( Lower-middle
class)
e. Kelas sosial bawah lapisan atas ( Upper lower
class)
f. Kelas sosial lapisan sosial bawah-lapisan bawah (
Lower-lower class)
1. Upper-upper class
2. Lower-upper class
3. Upper-middle class
4. Lower-middle class
5. Upper-lower class
6. Lower-lower class
Kelas sosial pertama : keluarga-keluarga yang telah
lama kaya.
Kelas sosial kedua : belum lama menjadi kaya
Kelas sosial ketiga : pengusaha, kaum profesional
Kelas sosial keempat : pegawai pemerintah, kaum semi
profesional, supervisor, pengrajin terkemuka
Kelas sosial kelima : pekerja tetap (golongan pekerja)
Kelas sosial keenam : para pekerja tidak tetap,
pengangguran, buruh musiman, orang bergantung pada tunjangan.
4) Dalam masyarakat Eropa dikenal 4 kelas, yakni:
1. Kelas puncak (top class)
2. Kelas menengah berpendidikan (academic middle
class)
3. Kelas menengah ekonomi (economic middle class)
4. Kelas pekerja (workmen dan Formensclass)
5. Kelas bawah (underdog class)
b. Berdasarkan Status Sosial
Kelas sosial timbul karena adanya perbedaan dalam
penghormatan dan status sosialnya. Misalnya, seorang anggota masyarakat
dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang tinggi, dan seorang
anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status sosial yang rendah.
c. Berdasarkan Status Politik
Secara politik, kelas sosial didasarkan pada wewenang
dan kekuasaan. Seseorang yang mempunyai wewenang atau kuasa umumnya berada
dilapisan tinggi, sedangkan yang tidak punya wewenang berada dilapisan bawah.
Kelompok kelas sosial atas antara lain:
- pejabat eksekutif, tingkat pusat maupun desa.
- pejabat legislatif, dan
- pejabat yudikatif.
11.5 Apakah
Kelas Sosial Berubah
Kelas sosial akan pasti berubah,
sama halnya seperti roda kehidupan yang selalu berputar. Kadang seseorang
berada dalam status sosial yang tinggi atau berada saat mapan atau di hormati,
tetapi terkadang lambat laun akan berada di posisi bawah, yaitu ketika mereka
tidak lagi berjaya, kaya, atau di hormati seperti sebelum – sebelumnya. Ketika kelas
sosial berubah perubahan itu juga akan mempengaruhi perilaku dan selera
konsumen terhadap suatu barang. Misalnya seorang yang biasa mengkonsumsi nasi
dari beras yang mempunyai kualitas yang rendah, tetapi apabila ia menjadi kaya
atau memperoleh rezeki yang berlebih maka ia akan merubah beras yang di
konsumsi dari yang berkualitas rendah ke kualitas yang lebih tinggi. Dan ini
juga bisa mempengaruhi berbagai permintaan produksi suatu barang maupun jasa.
11.6 Pemasaran
Pada Segmen Pasar Berdasarkan Kelas Social
Pemasaran pada segmen pasar
berdasarkan kelas sosial berbeda – beda sesuai dengan kelas sosial yang ingin
di tuju. Bisa dilihat apabila ingin memasarkan suatu produk yang mempunyai
kelas sosial yang tinggi biasanya menggunakan iklan yang premium atau bisa di
bilang lebih eksklusif karena dapat diketahui bahwa orang – orang yang berada
di kelas sosial atau memiliki status sosial yang tertinggi, mereka lebih
memilih produk yang higienis, terbaru, bermerk, dan kualitas yang sangat bagus.
Berbeda apabila pemasaran dilakukan untuk orang – orang yang berada pada kelas
sosial terendah. Penggunaan iklan pun kurang di gencarkan dan biasanya malah
lebih menggunakan promosi yang lebih kuat, karena kelas sosial yang rendah
lebih banyak mementingkan sebuah kuantitas suatu produk dengan harga yang
murah. Jadi berbeda sekali pemasaran yang dilakukan apabila melihat dari posisi
kelas sosial yang ada.
BAB XII
Pengaruh Individu
12.1 Pengaruh
Kelompok Referensi
Menurut sumarwan : menyatakan
kelompok referensi (preference group) adalah seorang individu atau sekelompok
orang yang secara nyata mempengaruhi seseorang (Sumarwan,2003)
Sedangkan menurut (Kotler dan Keller,2014)
: kelompok referensi sebagai kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun
tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.
12.1.1 Klasifikasi Kelompok
Referensi
Berikut ini
adalah pengklasifikasian kelompok referensi, yaitu:
1) Menurut
Intensitas Interaksi dan Kedekatannya
a. Kelompok Primer (Primary)
Kelompok
referensi primer melibatkan seringnya interaksi langsung dan tatap muka.
Contohnya: keluarga dan sanak-saudara.
b. Kelompok Sekunder (Secondary)
Kelompok
referensi sekunder, tidak terlalu sering ber-interaksi dan tatap muka.
Contohnya: tetangga.
2) Menurut Legalitas Keberadaannya
a.
Kelompok Formal
Kelompok
referensi formal memiliki struktur yang dirinci dengan jelas. Contohnya:
kelompok kerja di kantor atau tim per divisi.
b. Kelompok
Informal
Kelompok
referensi informal tidak dirinci secara jelas. Contohnya: kelompok
persahabatan, teman sekolah atau kuliah.
3) Menurut Status Keanggotaan dan Pengaruhnya
a. Kelompok Aspirasi (Aspirational)
Seorang
bercita-cita untuk bergabung atau menandingi kelompok referensi aspirasi.
b. Kelompok Disosiasi (Dissociative)
Seseorang
berupaya menghindari kelompok referensi disosiasi.
c. Kelompok Membership
Seseorang
menjadi anggota formal dari suatu kelompok referensi. Contohnya: kelompok
pecinta alam.
12.1.2 Faktor yang mempengaruhi Kelompok Referensi
Kecenderungan orang untuk menjadi bagian dari kelompok acuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu:
1) Keakraban
2) Ekspos terhadap seseorang (Mere Exposure)
3) Kepaduan kelompok.
Kecenderungan orang untuk menjadi bagian dari kelompok acuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu:
1) Keakraban
2) Ekspos terhadap seseorang (Mere Exposure)
3) Kepaduan kelompok.
12.1.3
Faktor yang mendorong timbulnya conformity
1. Memberitahukan atau mengusahakan agar orang
menyadari adanya sesuatu produk menarik atau merek yang khusus.
2. Memberikan kesempatan kepada individu
untuk membandingkan pemikirannya sendiri dengan sikap dan perilaku kelompok
3. Mempengaruhi individu untuk mengambil sikap dan
perilaku yang sesuai dengan norma-norma kelompok.
4. Membenarkan keputusan untuk memakai
produk-produk yang sama dengan kelompok.
12.1.4
Pengaruh Kelompok Acuan
1. Pengaruh informasional
(informational influence)
Kelompok acuan akan mempengaruhi pilihan produk atau
merk dari seorang konsumen karena kelompok acuan tersebut sangat dipercaya
sarannya karena memiliki pengetahuan dan informasi yang lebih baik. Hal ini
terjadi ketika seseorang meniru perilaku dan pendapat dari anggota suatu
kelompok acuan yang memberikan informasi yang berguna. Informasi ini dapat
disajikan secara verbal maupun melalui demonstrasi langsung. Pengaruh tersebut
antara lain:
a. Individu-individu mencari informasi tentang beragam
merek dari kelompok experts professional atau independen.
b. Individu-individu mencari informasi dari orang
yang bekerja dengan produk, sebagai seorang profesional.
c. Individu-individu mencari merek sehubungan
dengan pengetahuan dan pengalaman (seperti bagaimana performan merek A
dibandingkan dengan merek B) dari teman, tetangga atau asosiasi pekerja yang
mempunyai informasi yang realibel tentang merek.
d. Memilih merek individual yang dipengaruhi oleh
observasi sebuah persetujuan tertutup dari sebuah agen testing indipenden.
e. Observasi individu-individu yang ahli dalam
memberikan pengaruh terhadap pilihan merek seseorang.
2. Pengaruh normatif (normative
influence)
Pengaruh Normatif adalah pengaruh dari kelompok acuan terhadap
seseorang melalui norma-norma sosial yang harus dipatuhi dan diikuti. Pengaruh
ini terjadi jika individu mengikuti ketentuan acuan kelompok dengan tujuan
untuk memperoleh imbalan atau menghindari hukuman. Pengaruh tersebut di
antaranya :
a. Supaya dia memuaskan harapan asosiasi
teman sekerja, keputusan individu membeli sebuah merek khusus yang dipengaruhi
oleh referensi mereka.
b. Keputusan individu membeli sebuah merek
khusus dipengaruhi preferensi masyarakat dimana dia berinteraksi.
c. Keputusan individu membeli sebuah merek
khusus dipengaruhi oleh preferensi anggota keluarga.
d. Hasrat untuk memuaskan harapan orang lain yang
mempunyai pengaruh yang kuat pada pilihan merek individu.
3. Pengaruh
ekspresi-nilai (value expressive influence)
Kelompok acuan akan mempengaruhi seseorang melalui
fungsinya sebagai pembawa ekspresi nilai. Hal ini terjadi ketika individu
merasa turut memiliki dan membentuk nilai dan norma dari suatu kelompok. Pengaruh
tersebut di antaranya:
a. Perasaan individu yang membeli atau
menggunakan sebuah merek khusus akan meningkatkan kepercayaan dirinya.
b. Individu merasakan bahwa orang membeli atau
menggunakan sebuah merek khusus yang mempunyai karakteristik sesuai keinginannya
memiliki.
c. Kadang-kadang individu merasakan bahwa bagus
juga menyukai iklan orang yang menunjukkan penggunaan sebuah merek khusus.
d. Individu merasakan bahwa masyarakat yang
membeli sebuah merek khusus dikagumi atau mewakili yang lainnya.
e. Individu merasakan bahwa membeli sebuah merek
khusus akan membantu menunjukkan kepada orang lain apa yang disukainya.
12.2 Pengaruh
Kata-Kata
Menurut Tjiptono (1997), pada hakikatnya promosi
adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Respon atau tanggapan konsumen
sebagai komunikan meliputi :
1. Efek kognitif, yaitu membentuk
kesadaran informasi tertentu.
2. Efek afeksi, yaitu memberikan pengaruh untuk
melakukan sesuatu. Yang diharapkan adalah realisasi pembelian.
3. Efek konatif atau perilaku, yaitu membentuk
pola khalayak menjadi perilaku selanjutnya. Yang diharapkan adalah pembelian
ulang.
Menurut Tjiptono (1997), tujuan
komunikasi pemasaran dan respon khalayak berkaitan dengan tahap dalam proses
pembelian yang terdiri atas :
1. Menyadari (awareness) produk yang ditawarkan.
2. Menyukai (interest) dan berusaha mengetahui lebih
lanjut.
3. Mencoba (trial) untuk membandingkan dengan
harapannya, khusus dalam produk berupa jasa tidak bisa dicoba terlebih dahulu.
4. Mengambil tindakan (act) membeli atau tidak
membeli.
5. Tindak lanjut (follow up) membeli kembali atau
pindah merek.
BAB XIII
Pengaruh Keluarga dan Rumah Tangga
13.1 Keluarga
dan Studi Kasus Tentang Perilaku Konsumen
Studi
tentang keputusan keluarga sebagai konsumen kurang lazim dibandingkan studi
tentang individu sebagai konsumen. Alasan untuk pengabaian dalam studi
pembelian keluarga adalah kesulitan dalam mempelajari tentang keluarga sebagai
organisasi. Survey dan metodologi penelitian pemasaran lain lebih mudah
dijalankan untuk individu daripada untuk keluarga. Pemberian kuesioner kepada
seluruh keluarga membutuhkan akses ke semua anggota pada waktu yang lebih
kurang sama, dengan menggunakan bahasa yang mempunyai makna sama bagi semua
anggota keluarga, dan menafsirkan hasil ketika anggota dari keluarga yang sama
melaporkan opini yang bertentangan mengenai apa yang dibeli oleh keluarga atau
pengaruh relative dalam keputusan tersebut.lasan untuk pengabaian dalam studi
pembelian keluarga adalah kesulitan dalam mempelajari tentang keluarga sebagai
organisasi. Survey dan metodologi penelitian pemasaran lain lebih mudah
dijalankan untuk individu daripada untuk keluarga. Pemberian kuesioner kepada
seluruh keluarga membutuhkan akses ke semua anggota pada waktu yang lebih
kurang sama, dengan menggunakan bahasa yang mempunyai makna sama bagi semua
anggota keluarga, dan menafsirkan hasil ketika anggota dari keluarga yang sama
melaporkan opini yang bertentangan mengenai apa yang dibeli oleh keluarga atau
pengaruh relative dalam keputusan tersebut.
13.2 Penentu
Keputusan Pembelian Pada Suatu Keluarga
Keluarga
memiliki pendapatan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan rumah tangga
karena jumlah yang lebih banyak dari individu yang bekerja di dalam keluarga.
Untuk keluarga mapun rumah tangga, keempat variabel structural yang paling
member dampak pada keputusan pembelian dan yang dengan demikian paling menarik
bagi pemasar adalah usia kepala rumah tangga atau keluarga, status, perkawinan,
kehadiran anak san status pekerjaan.
Keluarga adalah sama dengan perusahaan;
keluarga adalah organisasi yang terbentuk untuk mencapai fungsi tertentu yang
lebih efektif dibandingkan individu yang hidup sendiri. Fungsi yang jelas bahwa
dua orang dapat mencapai lebih baik daripada satu orang adalah mempunyai anak.
Walaupun analisis konsumen mungkin tidak mempunyai opini mengenai apakah
keluarga harus mempunyai anak atau tidak. Konsekuensi ekonomi dengan hadirnya
anak menciptakan struktur permintaan akan pakaian, makanan, perabot, rumah,
perawatan kesehatan, pendidikan, dan produk lain. Anak di dalam keluarga dapat
menyebabkan menurunnya permintaan akan produk lain, seperti perjalanan, pakaian
orang dewasa, dan banyak barang yang bebas dipilih.
Keluarga
adalah “pusat pembelian” yang merefleksikan kegiatan dan pengaruh individu yang
membentuk keluarga bersangkutan. Individu membeli produk untuk dipakai sendiri
dan untuk dipakai oleh anggota keluarga yang lain. Peranan individu dalam pembelian keluargam, perilaku
peran (role behavior), peranan
pasangan hidup dalam keputusan pembelian.
13.3 Family
Life Cycle (FLC)
Keluarga
berubah bersama waktu, melewati serangkaian tahap. Proses ini disebut silkus
kehidupan keluarga (SKK). Walaupun sudah digunakan di dalam literature sejak
tahun 1931, konsep tersebut mendapat pengaruhnya yang paling luas di dalam
penelitian pemasaran oleh Wells dan Gubar, dan belakangan di dalam buku karya
Reynolds dan Wells, yang memperhatikan bagaimana siklus kehidupan mempengaruhi
perilaku konsumen.
13.4 Perubahan
Struktur Keluarga dan Rumah Tangga
Memahami perubahan
struktur keluarga dan pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan sebagai
konsumen. Keputusan membeli dalam keluarga di pengaruhi oleh keadaan sudah
menikah atau belum, ukuran jumlah anggota keluarga, hal tersebut mempengaruhi
jumlah belanjaan yang akan dibeli maupun budget yang akan di siapkan untuk
mengambil keputusan dalam hal membeli suatu barang. Banyak dari mereka
benar-benar menghitung jumlah pengeluaran mereka sesuai dengan keadaan yang
mereka hadapi dalam keluarga mereka sehari-hari, mana yang sekiranya menjadi
keputusan yang utama mana yang belum menjadi prioritas saat itu.
13.5 Metode
Riset Untuk Mengetahui Pengambil Keputusan Oleh keluarga
Bila anda
menyiapkan analisis pengaruh keluarga pada keputusan keluarga dalam hal
pembelian atau konsumsi, sebagian besar teknik penelitian akan sama dengan
studi penelitian pemasaran yang lain.
- Kerangka Proses-Keputusan.
- Kategori Sturktur-Peran.
- Bias Pewawancara.
-Seleksi
Responden .
BAB XIV
Pengaruh Situasi
14.1 Tipe-tipe situasi konsumen
A. Situasi
Komunikasi
Situasi Komunikasi adalah suasana atau lingkungan dimana konsumen memperoleh informasi atau melakukan komunikasi.
Konsumen mungkin memperoleh informasi melalui :
1) Komunikasi Lisan dengan teman, kerabat, tenaga penjual, atau wiraniaga
2 )Komunikasi non pribadi, seperti iklan TV, radio, internet, koran, majalah, poster, billboard, brosur, leaflet dsb
3) Informasi diperoleh langsung dari toko melalui promos penjualan, pengumuman di rak dan di depan toko
B. Situasi Pembelian
Situasi Pembelian adalah lingkungan atau suasana yang dialami/dihadapi konsumen ketika membeli produk dan jasa. Situasi pembelian akan mempengaruhi pembelian Misal: Ketika Konsumen berada di bandara, ia mungkin akan bersedia membayar sekaleng Coke berapa saja harganya ketika haus. Sebaliknya, jika ia berbelanja Coke di swalayan dan mendapatkan harganya relatif lebih mahal, ia mungkin sangat sensitif terhadap harga. Konsumen tsb mungkin akan menunda pembelian Coke dan mencari di tempat lain
C. Situasi Pemakaian
Situasi Pemakaian disebut juga situasi penggunaan produk dan jasa merupakan situasi atau suasana ketika konsumsi terjadi. Konsumen seringkali memilih suatu produk karena pertimbangan dari situasi konsumsi. Misal: Konsumen Muslim sering memakai kopiah dan pakaian takwa pada saat sholat atau pada acara keagamaan. Kebaya akan dipakai kaum wanita pada acara pernikahan atau acara resmi lainya, dan jarang digunakan untuk pergi bekerja Para Produsen sering menggunakan konsep situasi pemakaian dalam memasarkan produknya, produk sering diposisikan sebagai produk untuk digunakan pada situasi pemakaian tertentu. Misalnya, ada pakaian resmi untuk ke pesta, pakaian olahraga, pakaian untuk kerja, pakaian untuk santai dan berolahraga
14.2 Interaksi individu dengan situasi
Situasi pembelian mempunyai pengaruh yang nyata terhadap keputusan pembelian konsumen dengan gaya hidup believer. Hal ini menunjukkan bahwa situasi pembelian mampu menghadirkan keinginan konsumen untuk membeli karena situasi ini bisa menjadi stimulus terhadap keputusan konsumen untuk membeli. Gaya hidup pembelian juga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap keputusan pembelian konsumen atas sesuatu. Konsumen dengan gaya hidup believer ternyata juga mengikuti mode-mode pakaian khususnya misalnya celana jeans sehingga gaya hidup mereka berpengaruh terhadap keputusan pembelian yang dilakukan. Situasi pembelian dan gaya hidup terhadap mode bagi konsumen dengan gaya hidup believer ternyata cukup tinggi mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dengan pengaruhnya sebesar 68%.
14.3 Pengaruh situasi tak terduga
Memahami perilaku membeli dalam situasi yang tak terduga. Bagaimana seseorang mengerti akan potensi dari pengaruh situasi yang tak terduga yang dapat merusak keakuratan ramalan yang didasarkan pada maksud pembelian, yang tadinya ia tidak mau membeli barang tapi karena susatu hal jadi membeli barang tersebut.
Contoh : saat jalan ke pusat perbelanjaan, ibu terlihatt ingin membeli baju baru padahal awalnya mereka ke pusat perbelanjaan hanya untuk belanja bulanan
Situasi Komunikasi adalah suasana atau lingkungan dimana konsumen memperoleh informasi atau melakukan komunikasi.
Konsumen mungkin memperoleh informasi melalui :
1) Komunikasi Lisan dengan teman, kerabat, tenaga penjual, atau wiraniaga
2 )Komunikasi non pribadi, seperti iklan TV, radio, internet, koran, majalah, poster, billboard, brosur, leaflet dsb
3) Informasi diperoleh langsung dari toko melalui promos penjualan, pengumuman di rak dan di depan toko
B. Situasi Pembelian
Situasi Pembelian adalah lingkungan atau suasana yang dialami/dihadapi konsumen ketika membeli produk dan jasa. Situasi pembelian akan mempengaruhi pembelian Misal: Ketika Konsumen berada di bandara, ia mungkin akan bersedia membayar sekaleng Coke berapa saja harganya ketika haus. Sebaliknya, jika ia berbelanja Coke di swalayan dan mendapatkan harganya relatif lebih mahal, ia mungkin sangat sensitif terhadap harga. Konsumen tsb mungkin akan menunda pembelian Coke dan mencari di tempat lain
C. Situasi Pemakaian
Situasi Pemakaian disebut juga situasi penggunaan produk dan jasa merupakan situasi atau suasana ketika konsumsi terjadi. Konsumen seringkali memilih suatu produk karena pertimbangan dari situasi konsumsi. Misal: Konsumen Muslim sering memakai kopiah dan pakaian takwa pada saat sholat atau pada acara keagamaan. Kebaya akan dipakai kaum wanita pada acara pernikahan atau acara resmi lainya, dan jarang digunakan untuk pergi bekerja Para Produsen sering menggunakan konsep situasi pemakaian dalam memasarkan produknya, produk sering diposisikan sebagai produk untuk digunakan pada situasi pemakaian tertentu. Misalnya, ada pakaian resmi untuk ke pesta, pakaian olahraga, pakaian untuk kerja, pakaian untuk santai dan berolahraga
14.2 Interaksi individu dengan situasi
Situasi pembelian mempunyai pengaruh yang nyata terhadap keputusan pembelian konsumen dengan gaya hidup believer. Hal ini menunjukkan bahwa situasi pembelian mampu menghadirkan keinginan konsumen untuk membeli karena situasi ini bisa menjadi stimulus terhadap keputusan konsumen untuk membeli. Gaya hidup pembelian juga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap keputusan pembelian konsumen atas sesuatu. Konsumen dengan gaya hidup believer ternyata juga mengikuti mode-mode pakaian khususnya misalnya celana jeans sehingga gaya hidup mereka berpengaruh terhadap keputusan pembelian yang dilakukan. Situasi pembelian dan gaya hidup terhadap mode bagi konsumen dengan gaya hidup believer ternyata cukup tinggi mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dengan pengaruhnya sebesar 68%.
14.3 Pengaruh situasi tak terduga
Memahami perilaku membeli dalam situasi yang tak terduga. Bagaimana seseorang mengerti akan potensi dari pengaruh situasi yang tak terduga yang dapat merusak keakuratan ramalan yang didasarkan pada maksud pembelian, yang tadinya ia tidak mau membeli barang tapi karena susatu hal jadi membeli barang tersebut.
Contoh : saat jalan ke pusat perbelanjaan, ibu terlihatt ingin membeli baju baru padahal awalnya mereka ke pusat perbelanjaan hanya untuk belanja bulanan
Situasi
tidak terduga dapat menjadi pemicu seseorang untuk membeli suatu barang.
Misalnya mahasiswi yang akan mengikuti ujian dan lupa membawa bolpoin dan
pensil, maka secara otomatis dia akan membeli dulu bolpoin dan pensil sebelum
mengikuti ujian tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar